-->

Museum Perjuangan Jogja Jejak Sejarah Berarsitektur Unik

Jogja adalah tempat penuh kisah usaha. Gambaran sederet peristiwa heroik di Kota Pelajar sanggup Teman Traveler temui di monumen juga museum. Salah satu yg mampu kalian kunjungi adalah Museum Perjuangan Jogja, jejak sejarah dengan gedung berarsitektur unik. Yuk baca ulasan lengkapnya.

Lokasinya Sangat Mudah Dijangkau

Museum Perjuangan Jogjakarta (c) Ikrom Zain/Travelingyuk

Museum Perjuangan Jogja berada tak jauh dari pusat kota. Teman Traveler akan menemukan bangunan berarsitektur unik ini di Jalan Kolonel Sugiono. Lokasinya berada pada sekitar Pojok Benteng Wetan (Jokteng Wetan).

Menuju sana juga sangat gampang. Di depan bangunan museum Teman Traveler akan menemukan halte Trans Jogja. Teman Traveler mampu naik tunggangan generik andalan Jogja tersebut buat mencapai museum. Kalian sanggup mengambil jurusan menurut banyak sekali arah, misalnya Malioboro, Bandara Adi Sucipto, maupun Terminal Giwangan.

Tiket Masuk Sangat Terjangkau

Sama misalnya museum lain yang dikelola pemerintah, tiket masuk Museum Perjuangan Jogja adalah Rp3.000. Mereka buka berdasarkan Senin hingga Jumat, mulai jam 07.30 sampai 16.00. Dengan istilah lain, Teman Traveler nir bisa mengunjungi destinasi ini di akhir pekan.

Bangunan Unik dan Relief

Relief yang gambarkan usaha bangsa. (c) Ikrom Zain/Travelingyuk

Bentuk bangunan Museum Perjuangan Jogja relatif unik. Bagian atapnya yg melingkar mengingatkan kita dalam Coloseum berdasarkan zaman Romawi kuno. Di bagian luar, tembok museum berhiaskan relief yg menggambarkan perjuangan bangsa Indonesia berdasarkan masa ke masa.

Bermula dari berkembanganya rasa kebangsaan lewat peristiwa berdirinya Boedi Utomo, dilanjutkan dengan sederet peristiwa penting lain. Beberapa pada antaranya adalah Sumpah Pemuda, Agresi Militer Belanda I & II, penandatanganan perjanjian, hingga Serangan Umum 1 Maret 1949.

Sederet Koleksi Mengagumkan di Lantai 1

Berbagai koleksi di lantai 1, mulai patung torso, ranjang, hingga lukisan. – Dokpri @ikromzzzt

Bangunan museum terdiri menurut 2 lantai. Lantai pertama berisi peninggalan seputar peristiwa Detik-dtk Proklamasi Kemerdekaan Indonesia & usaha memepertahankan kemerdekaan. Di sini Teman Traveler jua bisa melihat barang peninggalan Panglima Besar Sudirman saat perang gerilya.

Meja & kursi para pejuang RI kala menghadapi Agresi Militer Belanda (c) Ikrom Zain/Travelingyuk

Di sudut lain, masih ada sejumlah barang krusial yg mewarnai terjadinya Peristiwa Rengasdengklok. Salah satunya merupakan dipan (loka tidur) yang
dipakai sang Ir. Soekarno ketika ‘diculik’ oleh golongan muda.

Lukisan suasana dapur umum waktu serangan umum 1 Maret (c) Ikrom Zain/Travelingyuk

Pengunjung juga akan disuguhi koleksi patung dada beberapa tokoh konvoi nasional. Beberapa di antaranya adalah K.H. Ahmad Dahlan menjadi pendiri Pergerakan Muhammadiyah, dan Dewi Sartika, salah satu pahlawan pergerakan wanita. Pengelola tidak lupa jua memajang koleksi yang mendeskripsikan perjuangan rakyat ketika Jogja sebagai mak kota RI selama tiga tahun, antara 1946-1949.

Mengenang Masa Kebangkitan Nasional di Lantai Bawah Tanah

Tangga menuju ruang bawah tanah (c) Ikrom Zain/Travelingyuk

Setelah puas melihat koleksi pada lantai pertama, pengunjung akan diarahkan ke lantai bawah tanah. Di sini masih ada koleksi spesifik buat mengenang tumbuh kembang nasionalisme bangsa Indonesia. Kebanyakan berkaitan dengan sejarah usaha kaum terpelajar di masa awal pergerakan
nasional.

Replika Ruang Kuliah Mahasiswa STOVIA (c) Ikrom Zain/Travelingyuk

Salah satu fitur unik di sini merupakan replika ruang kuliah mahasiswa STOVIA, sekolah kedokteran yang didirikan Belanda di masa kolonoial. Dari pemikiran para mahasiswa STOVIA, rasa nasionalisme bangsa Indonesia mulai tumbuh. Mereka kerap menyuarakan penderitaan warga melalui tulisan.

Salah satu tokoh terkenal menurut kalangan mahasiswa STOVIA tadi adalah dr. Soetomo. Beliau lalu sebagai pendiri Boedi Utomo, organisasi yg mengawali era Kebangkitan Nasional pada Indonesia.

Tulisan dr. Soetomo pada beberapa surat berita (c) Ikrom Zain/Travelingyuk

Aneka goresan pena berisi penyebaran rasa nasionalisme disimpan rapi di sini. Mulai menurut pamflet, goresan pena pada surat fakta, sampai majalah. Karya jurnalistik memang jadi salah satu ujung tombak usaha dalam masa itu. Meski tidak sedikit tokoh nasional yg lantas wajib menelan pil pahit karena mendapat peringatan dari kampus.

Buku kedokteran mahasiswa STOVIA (c) Ikrom Zain/Travelingyuk

Itulah sedikit jejak usaha bangsa Indonesia pada meraih dan mempertahankan kemerdekaan, yg bisa Teman Traveler saksikan pada Museum Perjuangan Jogja. Sebagai bangsa akbar, telah sepatutnya kita menghargai jasa para pahlawan. Wisata Jogja ini harus masuk daftarmu.

Related Posts

Subscribe Our Newsletter