-->

Pulau Singgkep-Lingga Pesona Indah di Ujung Negeri

Traveling tidak wajib melulu ke loka-loka indah atau lokasi yg sudah sangat well-known. Menurut saya, panorama indah yang dinikmati kala berlibur hanyalah sebuah ‘insentif’ berdasarkan Sang Pencipta. Bisa Teman Traveler di mana saja dan kapan saja. Pulau Singgkep-Lingga di Kepulauan Riau, contohnya

Pelabuhan Dabo (dok.Pribadi)
Pelabuhan Dabo (c) Zenith Halalan/Travelingyuk

Pulau Bersejarah pada Ujung Negeri

Rumah-Rumah Warga Yang berada di Pinggiran Laut (dok.Pribadi)
Rumah warga di pinggir laut (c) Zenith Halalan/Travelingyuk

Para pelancong yang pernah berkunjung ke sederet pulau menggunakan pemandangan spektakuler mungkin tak terlalu berminat berkunjung ke sini. Pantainya tidak terlalu mengagumkan. Airnya pula nir jernih atau biru.

Meski demikian, pulau ini memberikan aku banyak pengalaman menarik & moment tidak terlupakan. Singgkep-Lingga sendiri terletak pada ujung wilayah Indonesia. Sangat dekat dengan perbatasan Laut Cina Selatan.

Dulunya Kabupaten Lingga merupakan daerah makmur karena tanah mereka mengandung poly timah. Sayangnya, saat ini penambangan timah telah dilarang atau dihentikan Pemerintah setempat.

Jauh sebelum era pertambangan, Kerajaan Melayu di Kepulauan Riau juga pernah menjadikan pulau ini menjadi sentra kerajaan. Tepatnya di tempat Daik. Hal tadi dibuktikan menggunakan kehadiran sederet peninggalan kerajaan pada sini. Pondasi bangunan hingga barang-barang kuno menurut era kerajaan masih bisa disaksikan hingga kini .

Keramahan Warga Setempat

Membuat Kerajinan untuk Dijual (dok.Pribadi)
Warga setempat membuat kerajinan (c) Zenith Halalan/Travelingyuk

Saya sangat bersyukur sanggup berkunjung & mengetahui sejarah pada kabupaten ini. Namun yang paling menciptakan saya jatuh cinta merupakan masyarakatnya. Mereka memiliki rasa kekeluargaan begitu tinggi.

Semua tamu yg datang disambut menggunakan rasa hormat. Lingkungan sekitarnya jua masih benar-benar alami. Posisi pulau sangat jauh menurut kebisingan. Para penduduknya saling bertegur sapa satu sama lain. Situasinya sangat kondusif, sampai-hingga kendaraan pribadi jarang dimasukkan rumah. Bahkan tidak sporadis kuncinya masih menempel.

Masyarakat Pulau Singgkep-Lingga juga sangat menjaga kebersihan lingkungan. Setiap bulan mereka mengadakan gotong royong & kadang melakukan gerakan menanam mangrove.

Hutan Manggrove (dok.Pribadi)
Kawasan hutan mangrove (c) Zenith Halalan/Travelingyuk

Selama berada di sini aku tinggal di Desa Tanjung Harapan, menumpang berdasarkan rumah rakyat satu ke warga lain. Saya banyak belajar dari mereka. Meski hidup pada keterbatasan, senyum lebar & aura kebahagiaan selalu terpancar menurut wajah para masyarakat. Seolah tidak terdapat beban sama sekali.

Lakse dan Teh Obeng yang Khas

Lakse Goreng dan Teh Obeng (dok.Pribadi)
Lakse goreng dan Teh Obeng (c) Zenith Halalan/Travelingyuk

Saya pula berkesempatan belajar cara menangkap ikan, cumi, gurita, kepiting, lobster, gonggong, dan mencari kerang. Ya, penduduk Pulau Singgkep-Lingga memang biasa memanfaatkan hasil tangkapan laut sebagai kuliner sehari-hari. Seafood yg umumnya Teman Traveler beli dengan harga mahal, mampu didapat dengan gampang dan perdeo pada sini.

Tetapi lain cerita jika bicara soal sayur & butir. Kedua bahan tersebut sangat sulit dicari, karena tanah pada Pulau Singgkep-Lingga tidak cocok buat lahan pertanian. Warga masih bisa membeli pada pasar, namun harganya lumayan mahal.

Meski bahan serba terbatas, pulau ini ternyata juga memiliki masakan spesial . Teman Traveler sanggup menjajal Lakse, mie dari sagu. Biasanya tersaji dengan cara digoreng atau disiram kuah. Makanan ini umumnya jadi bekal para nelayan kala sedang melaut.

Berikutnya ada masakan Kepurun, dengan bahan primer sagu. Masyarakat lebih kurang biasa menyantapnya beserta gulai ikan. Dari segi bentuk & tekstur, sangat seperti menggunakan papeda di daerah Papua.

Terakhir, jangan hingga melewatkan segarnya Teh Obeng. Meski mempunyai nama yg cukup unik, cita rasanya sungguh menyegarkan.

Nyaman buat Bersantai   

Pantai Panjang berlatarkan Gunung Daik (dok.Pribadi)
Pantai Panjang dengan latar Gunung Daik (c) Zenith Halalan/Travelingyuk

Pulau ini juga memiki beberapa pantai yang sangat nyaman buat bersantai. Selain Pantai Panjang, terdapat juga Pantai Indah Sergang, Pantai Tanjung Putus, & masih banyak lagi. Teman Traveler jua sanggup melihat gagahnya Gunung Daik, gunung tertinggi Kepulauan Riau menggunakan puncaknya berada pada ketinggian 1165mdpl.

Pantai Tanjung Putus (dok.Pribadi)
Pantai Tanjung Putus (c) Zenith Halalan/Travelingyuk

Dipulau ini jua sebuah gunung tertinggi di Kepulauan Riau dengan ketinggian 1.165 mdpl yaitu Gunung Daik & juga terdapat beberapa air terjun kecil.

Pantai Indah Sergang (dok.Pribadi)
Pemandangan Pantai Indah Sergang (c) Zenith Halalan/Travelingyuk

Permainan Tradisional nan Unik

Permainan Warga yaitu Gasing
Permainan tradisional gasing (c) Zenith Halalan/Travelingyuk

Warga lebih kurang pulau pula memiliki beberapa kebudayaan unik. Misalnya saja, buat menyambut Hari Raya Idul Fitri umumnya mereka akan berlomba membuat gapura sebagus mungkin. Semua dilakukan hanya dengan bermodalkan indera-indera sederhana.

Penduduk pulau juga masih mempertahankan kebudayaan bermain gasing. Permainan tradisional ini termasuk terkenal di semua kalangan, baik belia juga tua. Uniknya lagi, para pemainnya akan bermain sembari mengenakan baju tradisional setempat, Baju Kurung. Busana ini pula dikenakan ketika program tata cara dan beribadah.

Suku Orang Laut

Suku Laut atau Orang Laut (dok.Pribadi)
Suku orang bahari (c) Zenith Halalan/Travelingyuk

Pulau Singgkep-Lingga ternyata pula dihuni suku pedalaman yg menolak perkembangan zaman. Mereka dikenal menggunakan sebutan Suku Laut atau Orang Laut. Suku ini hidup dan tinggal pada atas perahu. Desain & interiornya dirancang sedemikian rupa hingga mampu berfungsi menjadi tempat tinggal . Semua aktivitas sehari-hari pun dilakukan di sini.

Beberapa Rumah Suku Laut Yang Ditinggal Begitu Saja (dok.Pribadi)
Rumah suku bahari yg ditinggalkan (c) Zenith Halalan/Travelingyuk

Pemerintah setempat telah mencoba bersosialisasi agar mereka tinggal pada tempat tinggal yang telah disediakan. Sebagian ada yang mendapat, namun ada jua yang hanya menempati ad interim lalu kabur begitu saja. Akibatnya, rumah tersebut akhirnya lapuk lantaran tidak terawat.

Calon Penguasa di Lautan dan Hewan Peliharaanya (dok.Pribadi)
Seorang anak Suku Orang Laut (c) Zenith Halalan/Travelingyuk

Pada zaman Kerajaan Melayu, keberadaan Orang Laut sangat dihargai dan disegani. Mereka berperan sebagai merupakan tentara Kerajaan Melayu di lautan. Suku ini bertugas mengusir kapal – kapal asing yang coba masuk ke wilayah Indonesia.

Bagaimana, benar-benar pengalaman yang luar biasa, bukan? Teman Traveler pula mampu eksklusif berkunjung & merasakannya sendiri. Tertarik mencoba?

Related Posts

Subscribe Our Newsletter